Pemuda Panca Marga adalah Organisasi kemasyarakatan Pemuda yang bersifat kekeluargaan dan merupakan wadah berhimpun bagi Putera-Puteri Veteran Republik Indonesia beserta keturunannya yang memiliki hubungan kesejarahan, aspirasi, dan koordinasi dengan Legiun Veteran Republik Indonesia dan merupakan bagian dari Keluarga Besar TNI / Polri

Senin, 01 Juli 2013

Cerita menarik di balik pasukan polisi menangkap tokoh PKI Muso

Muso. wikipedia.org

Hari ini, Kepolisian RI berulang tahun. Menarik menengok kembali kisah sukses polisi dalam berbagai operasi, seperti ketika menangkap tokoh PKI Muso.

Ceritanya, Hari Ulang Tahun Kepolisian Negara, 1 Juli 1948, dijadikan momentum pemberantasan komunis di Indonesia. Sebab, kelompok kiri tersebut berulah dengan melakukan pemberontakan terhadap pusat pemerintahan.

Di acara HUT Kepolisian Negara yang dihadiri sejumlah pimpinan pemerintahan, angkatan perang, instansi pemerintah dan pemuka masyarakat itu, Moehammad Jasin selaku komandan Mobiele Brigade Besar (MBB), cikal bakal Brimob, merangkap koordinator Mobiele Brigade (MB) Karesidenan se-Jatim meminta perintah khusus kepada R soemarto, Wakil Kepolisian Negara.

Perintah khusus itu adalah mempersiapkan kekuatan untuk menyerang sejumlah wilayah yang menjadi basis dan melucuti senjata komunis.

"Jangan sekadar diperbantukan. Saya mohon agar Djawatan Kepolisian Negara memerintahkan saya untuk mempersiapkan MBB Jawa Timur. Jika perlu, menyertakan MB Karesidenan di Jawa Timur untuk melucuti senjata kesatuan-kesatuan kiri," kata Jasin kepada Soemarto seperti dikutip dalam buku 'Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang' terbitan Gramedia.

Dalang di balik gangguan keamanan dan kudeta di Yogyakarta, adalah Muso, dia merupakan tokoh utama Partai Komunis Indonesia (PKI). Jasin dan pasukannya sudah beberapa menyerbu daerah yang menjadi basis komunis seperti Madiun, Surakarta atau Solo.

Ternyata Muso juga menjadikan Ponorogo, Jawa Timur, sebagai salah satu basis dalam mengatur kekuatan untuk menentang pemerintah. Pasukan Republik Indonesia menyerbu sarang Muso di Ponorogo, 31 Oktober 1948.

Namun, Muso terus menerus berhasil melarikan diri. Muso menyamar sebagai kusir dokar dan berhasil lolos melintasi pos pasukan republik tanpa dikenali.

Setelah Muso, kemudian ada sebuah mobil mengikutinya dari belakang. Muso mengira mobil itu milik petugas yang sedang memburunya, dia salah karena mobil tersebut hanya kebetulan berada di belakangnya.

Tak ingin tertangkap, Muso menembaki mobil tersebut dari atas dokar. Aksi tembak menembak dengan petugas terjadi. Dengan lantang, Muso berteriak 'Muso tidak kenal menyerah!'.

Tersudut, Muso melarikan diri dan berlindung di kamar mandi milik penduduk desa yang terbuat dari gedhek. Dalam keadaan terdesak, Muso masih menembaki petugas. Polisi meminta pentolan PKI itu untuk menyerah, Muso menjawab dengan tembakan.

Prajurit pun mengarahkan senjata mitraliur ke tempat persembunyian Muso. Muso roboh. Meski luka berat, dia masih hidup. Muso dibawa ke rumah sakit Ponorogo.

Kepala polisi Ponorogo menghubungi Moehammad Jasin sebagai komandan MBB Jawa Timur merangkap koordinator Mobiele Brigade (MB) Karesidenan se-Jatim. Jasin menyaksikan Muso mengembuskan napas terakhir.