Tak hanya itu, di Ponorogo juga terkenal banyak jagoan-jagoan sakti yang dikenal dengan sebutan warok. Pujangga kenamakan Kraton Surakarta Ronggo Warsito pun pernah berdiam di kota Reog ini.
Menyambut bulan Suro, sebagai daerah yang kental budaya Jawa banyak ritual yang dilakukan oleh masyarakat Ponorogo. Ritual Grebeg Suro itu dimulai dari seminggu sebelum satu Suro sampai pagi harinya.
Berikut ritual Grebeg Suro di Ponorogo yang dihimpun merdeka.com, Sabtu (25/10):
1.
Begadang semalam suntuk
Merdeka.com - Malam satu Suro merupakan gerbang
menuju bulan sakral bagi masyarakat Ponorogo. Mereka memilih tak tidur
semalaman guna menyambut bulan Suro ini.
"Kalau gini (malam satu Suro) tirakatan, lek-lekan masyarakat Ponorogo. Ada juga yang keliling di alun-alun," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Han menyatakan alun-alun menjadi pusat masyarakat Ponorogo memperingati malam satu Suro. Mereka menghabiskan malam sembari berbincang dengan sanak-saudara di sekitar alun-alun kota Reog.
"Kalau di Ponorogo memusatnya di alun-alun. Semua masyarakat yang mau jalan-jalan sampai malam di sana sekuat tenaga lek-lekan," terang dia.
Namun, dia menyebutkan kelompok Warok memilih tirakat di rumahnya sendiri. Kelompok orang-orang sakti ini menghindari keramaian masyarakat.
"Warok-warok biasanya malah di rumah bersama beberapa murid dan warganya. Karena di kota sudah ramai mereka menyepi di rumah dan sanggarnya," pungkas dia.
"Kalau gini (malam satu Suro) tirakatan, lek-lekan masyarakat Ponorogo. Ada juga yang keliling di alun-alun," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Han menyatakan alun-alun menjadi pusat masyarakat Ponorogo memperingati malam satu Suro. Mereka menghabiskan malam sembari berbincang dengan sanak-saudara di sekitar alun-alun kota Reog.
"Kalau di Ponorogo memusatnya di alun-alun. Semua masyarakat yang mau jalan-jalan sampai malam di sana sekuat tenaga lek-lekan," terang dia.
Namun, dia menyebutkan kelompok Warok memilih tirakat di rumahnya sendiri. Kelompok orang-orang sakti ini menghindari keramaian masyarakat.
"Warok-warok biasanya malah di rumah bersama beberapa murid dan warganya. Karena di kota sudah ramai mereka menyepi di rumah dan sanggarnya," pungkas dia.
2.
Jamasan pusaka Raden Bathoro Kathong
Merdeka.com - Selain tirakat semalam suntuk,
masyarakat Ponorogo menjamas pusaka (mencuci senjata) yang dimilikinya
menjelang Satu Suro. Mereka membersihkan pusaka itu agar kesaktiannya
tidak musnah.
"Tradisi ini istilahnya ngumbah pusaka dengan bunga tiga warna. Biasanya bunga Kantil, Mawar dan Melati," kata Budayawan Ponorogo Hans Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Han menyatakan tak sembarangan dalam mencuci pusaka sakti tersebut. Pemilik pusaka biasanya sudah berpuasa sebelum acara jamasan.
"Mereka ada puasa sebelum menjamas pusaka ini. Sehari atau tiga hari sebelumnya sesuai tradisi mereka," terang dia.
Lanjut dia, sore hari sebelum satu Suro, pusaka peninggalan Bathara Kathong pun dikirap dan dijamas. Hal ini sekaligus pengingat perpindahan pusat kota Ponorogo dari kota lama menuju kota baru.
"Kalau kirab pusaka sore tadi jam 4 sampai jam 5. Tombak peninggalan Adipati Bathoro Kathong yang sebelumnya diarak dari kota lama (makam Bathoro Kathong) sampai alun-alun sekaligus napak tilas perpindahan pusat kota," tandas dia.
"Tradisi ini istilahnya ngumbah pusaka dengan bunga tiga warna. Biasanya bunga Kantil, Mawar dan Melati," kata Budayawan Ponorogo Hans Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Han menyatakan tak sembarangan dalam mencuci pusaka sakti tersebut. Pemilik pusaka biasanya sudah berpuasa sebelum acara jamasan.
"Mereka ada puasa sebelum menjamas pusaka ini. Sehari atau tiga hari sebelumnya sesuai tradisi mereka," terang dia.
Lanjut dia, sore hari sebelum satu Suro, pusaka peninggalan Bathara Kathong pun dikirap dan dijamas. Hal ini sekaligus pengingat perpindahan pusat kota Ponorogo dari kota lama menuju kota baru.
"Kalau kirab pusaka sore tadi jam 4 sampai jam 5. Tombak peninggalan Adipati Bathoro Kathong yang sebelumnya diarak dari kota lama (makam Bathoro Kathong) sampai alun-alun sekaligus napak tilas perpindahan pusat kota," tandas dia.
3.
Larung kepala kerbau di Telaga Ngebel
Merdeka.com - Pagi hari tanggal Satu Suro, masyarakat
Ponorogo melakukan ritual larung sesaji bersama bupati dan tokoh
masyarakat. Ritual tersebut dilakukan di Telaga Ngebel.
"Paginya, warok-warok bersama bupatinya larung sesaji di Telaga Ngebel. Sekitar jam 7 pagi, kalau dulu kepala kerbau dihanyutkan di tengah telaga sekarang diganti hasil alam," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Lanjut dia, dulu masyarakat Ponorogo melakukan larung kepala kerbau guna menjinakkan naga yang berada di dasar Telaga Ngebel. Cerita itu sudah turun-temurun diyakini oleh warga kota Reog.
"Kalau larung kepala kerbau semacam mitos ada naga yang menjadi cikal bakal Telaga Ngebel, kalau dikasih kepala kerbau puas. Itu ceritanya dari mulut ke mulut orang-orang tua," terang dia.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ritual-mistis-warga-ponorogo-saat-satu-suro/festival-reog-nasional-dan-reog-obyokan.html
"Paginya, warok-warok bersama bupatinya larung sesaji di Telaga Ngebel. Sekitar jam 7 pagi, kalau dulu kepala kerbau dihanyutkan di tengah telaga sekarang diganti hasil alam," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Lanjut dia, dulu masyarakat Ponorogo melakukan larung kepala kerbau guna menjinakkan naga yang berada di dasar Telaga Ngebel. Cerita itu sudah turun-temurun diyakini oleh warga kota Reog.
"Kalau larung kepala kerbau semacam mitos ada naga yang menjadi cikal bakal Telaga Ngebel, kalau dikasih kepala kerbau puas. Itu ceritanya dari mulut ke mulut orang-orang tua," terang dia.
http://www.merdeka.com/peristiwa/ritual-mistis-warga-ponorogo-saat-satu-suro/festival-reog-nasional-dan-reog-obyokan.html
Merdeka.com - Ponorogo identik dengan Tari Reog. Begitu pula menjelang Satu Suro, Reog akan tampil di alun-alun sejak seminggu sebelumnya.
"Di Ponorogo biasanya ada Festival Reog Nasional satu minggu sebelumnya sudah mulai (menjelang satu Suro). Itu sekalian persebaran orang Ponorogo yang ke luar daerah bisa berkumpul," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Namun, sebelum ada festival, jelang satu Suro Reog biasa dipentaskan masyarakat Ponorogo di jalanan. Mereka menari di tempat-tempat yang disakralkan oleh warga sekitar.
"Kalau dulu, Reog di Ponorogo obyokan dari jalan ke jalan. Mereka berhenti di rumah Pak Lurah, pohon keramat dan sumber mata air," terang dia.
Masih menurutnya, hal itu masih ada sampai sekarang walaupun di desa-desa. Menurutnya ritual tersebut lebih menunjukkan kebudayaan asli Ponorogo.
"Kalau di desa-desa pinggiran masih (Reog obyokan). Konteks budayanya lebih baik dulu," pungkas dia.
"Di Ponorogo biasanya ada Festival Reog Nasional satu minggu sebelumnya sudah mulai (menjelang satu Suro). Itu sekalian persebaran orang Ponorogo yang ke luar daerah bisa berkumpul," kata Budayawan Ponorogo Han Gagas saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Jumat (24/10).
Namun, sebelum ada festival, jelang satu Suro Reog biasa dipentaskan masyarakat Ponorogo di jalanan. Mereka menari di tempat-tempat yang disakralkan oleh warga sekitar.
"Kalau dulu, Reog di Ponorogo obyokan dari jalan ke jalan. Mereka berhenti di rumah Pak Lurah, pohon keramat dan sumber mata air," terang dia.
Masih menurutnya, hal itu masih ada sampai sekarang walaupun di desa-desa. Menurutnya ritual tersebut lebih menunjukkan kebudayaan asli Ponorogo.
"Kalau di desa-desa pinggiran masih (Reog obyokan). Konteks budayanya lebih baik dulu," pungkas dia.