Tantangan bangsa Indonesia dalam menghadapi masa
depan tidak sedikit dan banyak di antara tantangan itu merupakan masalah
yang sukar. Seperti tantangan membangun ekonominya dengan pertumbuhan
yang tinggi, tapi di pihak lain juga mengatasi kemiskinan dan
kesenjangan lebar antara orang kaya dan miskin. Atau keharusan membangun
infrastruktur untuk transportasi yang luas ke seluruh wilayah nasional
di darat, laut dan udara, maupun untuk menghasilkan tenaga listrik dalam
jumlah besar. Ini semua merupakan tantangan yang berat bagi Pemerintah
di Pusat dan Daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun di antara berbagai tantangan yang sukar dan berat ini yang tersukar dan berat adalah kewajiban membangun Manusia dan Masyarakat yang tinggi kualitasnya, karena inilah hakekatnya penentu bagi keberhasilan seluruh usaha dan pembangunan menuju pencapaian Tujuan Nasional kita.
Sebetulnya banyak yang sadar akan pentingnya
faktor Manusia dan Masyarakat. Antara lain Presiden Sukarno, presiden
kita pertama, selalu mengemukakan pentingnya Nation & Character Building. Juga dalam masa kepemimpinan Presiden Soeharto dicanangkan bahwa hakekat pembangunan nasional Indonesia adalah membangun Manusia dan Masyarakat Indonesia. Dan dalam kehidupan sehari-hari selalu orang suka mengatakan bahwa untu mencapai keberhasilan yang penting adalah the Man behind the gun atau orang-orang yang melakukan usaha itu.
Namun demikian, kehidupan bangsa kita menunjukkan
bahwa faktor Manusia dan Masyarakat paling sering menjadi halangan untuk
keberhasilan satu usaha. Itu bukti bahwa sekalipun ada kesadaran dan
pemahaman tentang pentingnya faktor Manusia , usaha yang dijalankan
untuk peningkatan mutu Manusia Indonesia masih jauh dari memadai untuk
mewujudkan perubahan.
Sebetulnya kurang masuk akal bahwa peningkatan
mutu Manusia dan Masyarakat merupakan tantangan berat bagi bangsa
Indonesia. Sebab kita melihat bahwa pada dasarnya Manusia Indonesia
banyak potensinya yang positif . Seperti adanya potensi kecerdasan yang
tinggi; hal itu seringkali kita lihat ketika pemuda Indonesia menonjol
dalm pendidikan bersama anak-anak bangsa lain. Juga Manusia Indonesia
menunjukkan potensi untuk bersikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri
dengan berbagai keadaan dan perubahan. Namun bangsa Indonesia kurang
mampu menjadikan berbagai potensi itu berkembang menjadi kekuatan nyata
yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan masa kini dan masa depan
secara efektif.
Kekurangan ini mungkin sekali terbentuk karena
pengaruh Alam Lingkungan Indonesia yang mudah dan murah. Tanah yang
subur dan mudah ditanami apa saja. Cuaca yang tidak pernah terlalu panas
atau terlalu dingin. Berbeda dari Alam Lingkungan yang keras, seperti
kehidupan di bagian utara Planit Bumi dengan keharusan bagi manusia
mengatasi berbagai persoalan yang ditimbulkan musim dingin yang tajam.
Alam Lingkungan yang murah dan mudah cenderung
membuat Manusia Indonesia manja mentalnya. Ia menjadi orang yang dalam
segala hal hidup santai, tidak merasa perlu berdisiplin, kurang mampu
untuk bersifat konsisten, tidak terdorong untuk melakukan hal-hal
terbaik dan cenderung bersikap semau gue. Tidak keberatan hasil pekerjaannya asal jadi dan bukan produk unggul.. Sifat gumampang itu
membuatnya kurang serieus menghadapi persoalan. Karena manja mental itu
berbagai sifat positif dalam diri Manusia tiidak dapat berkembang
menjadi kekuatan. Dan karena itu tidak ada niat untuk mencapai yang
terbaik.
Hal ini amat sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti pandai dan hebat berteori dan berwacana, tetapi
hanya bicara belaka tanpa disertai perbuatan menjadikan teori itu
kenyataan. Ini kita sering kali jumpai pada para pemimpin tertinggi
hingga rakyat di bawah, sejak permulaan kemerdekaan hingga kini. Yang
paling menonjol adalah kehebatan Bung Karno menghasilkan Pancasila yang
beliau gali dari kehidupan bangsa Indonesia. Akan tetapi baik Bung Karno
maupun para pemimpin lain tidak berhasil menjadikan Pancasila yang
diakui sebagai Dasar Negara RI, satu realitas nyata dalam kehidupan
bangsa. Kita juga acapkali mengalami produk buatan Indonesia bagus
mulanya tetapi tidak tahan lama. Seperti jembatan yang runtuh tidak lama
setelah selesai dibangun, padahal dibangun dengan dana memadai serta
pimpinan proyek berpendidikan teknik yang bagus. Kemanjaan mental juga
berakibat kurang adanya daya saing menghadapi pihak lain, bukan karena
kurang pintar atau kurang dana, melainkan karena kurang ada semangat
juang . Kemanjaan mental ini berakibat luas dan jauh sehingga bangsa
Indonesia menjadi kurang mampu menjadikan segala karunia Allah berupa
Sumberdaya Alam yang kaya dan bermutu, memberikan manfaat maksimal bagi
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Malahan yang jauh lebih banyak
mendapat manfaat dari kekayaan Sumberdaya Alam Indonesia adalah orang
asing.
Maka menjadi tantangan bangsa bagaimana membuat
Manusia Indonesia bersikap arif dan efektif menghadapi Alam Lingkungan
yang mudah dan murah. Bukan menjadi manja dan lemah mental, melainkan
justru terdorong untuk me-respond kemurahan Tuhan itu dengan menjadikan segala kemurahanNya memberikan manfaat maksimal bagi seluruh bangsa kita sendiri .
Namun tidk semua Manusia Indonesia jadi manja
mental dan terdapat perkecualian dalam gambaran Manusia dan Masyarakat
itu. Cukup banyak orang Indonesia, pria maupun wanita, yang menunjukkan
prestasi tinggi dalam hidupnya. Kita ingat almarhum Pak Dasaad yang
sebagai anak muda hanya penjual kacang di pinggir jalan, tetapi kemudian
tumbuh menjadi pengusaha besar yang menimbulkan kebanggaan. Kita juga
teringat alm Ibu S.K.Trimurti Srikandi Perjuangan Kemerdekaan yang gigih
hidupnya dari mulai muda sampai wafat pada usia 96 tahun. Kita juga
teringat Pak Maladi yang tidak hanya penjaga gawang yang hebat di masa
muda tetapi kemudian juga secara konsisten memimpin PSSI sehingga
kesebelasan Indonesia di masanya tergolong terkuat di Asia. Pasti kita
tidak lupa Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sekalipun sakit berat
tetap memimpin perjuangan TNI bersama Rakyat. Serta semua Pejuang
Kemerdekaan yang gigih dan konsisten melawan penjajah dan akhirnya dapat
memaksanya mengakui kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Masih
cukup banyak contoh hasil juang Manusia Indonesia yang menonjol. Akan
tetapi rupanya perkecualian yang ada itu masih kurang memadai untuk
mengkompensasi kelemahan bangsa berupa kemanjaan mental. Orang-orang
Indonesia yang pejuang dan menonjol tidak dapat menjadikan bangsa
Indonesia secara umum cukup bermutu dan hidup dengan daya saing menonjol
dalam Alam Umat Manusia masa kini dan masa datang.
Kunci untuk menghadapi tantangan ini adalah
Pendidikan dan Kepemimpinan yang tepat sehingga dapat meniadakan
pengaruh negatif dari Alam Lingkungan yang murah dan mudah. Sehingga
tidak ada sifat manja mental bangsa. Baik pendidikan di lingkungan
Keluarga, maupun di Sekolah dan Masyarakat dapat berperan untuk menjadi
kunci pemecahan persoalan.
Juga Kepemimpinan mempunyai peran penting sebagai
kunci perubahan. Untuk itu diperlukan Kepemimpinan yang bermutu di
setiap eselon dan sektor kehidupan bangsa, mulai Presiden hingga Lurah,
pimpinan perusahaan hingga mandor produksi.
Proses Pendidikan makan waktu lama, tetapi
merupakan kegiatan utama untuk perbaikan mutu Manusia. Sebab itu harus
dilakukan dengan penuh ketekunan, kesabaran dan keuletan. Untuk itu
diperlukan Kepemimpinan Nasional dan Daerah yang terdiri dari
orang-orang Indonesia yang bukan lemah dan manja mental. Mereka yang
menetapkan orang-orang sebagai penyelenggara Pendidikan yang tepat,
yaitu tidak saja punya kompetensi tinggi sebagai Pendidik tetapi juga
bermental kuat untuk memimpin proses pendidikan dengan sukses. Sebab
proses Pendidikan itu tidak mungkin memberikan keberhasilan dalam waktu
singkat dan akan banyak dihadapi persoalan, tantangan dan ganngguan.
Proses Pendidikan yang dilakukan di Pendidikan
Sekolah itu juga harus dapat mempengaruhi Pendidikan di lingkungan
Keluarga. Para Orang Tua perlu memperoleh dampak atau pengaruh untuk
mendidik putera-puterinya menjadi orang bermutu, yaitu orang yang
berkarakter teguh-kuat, senantiasa mengusahakan yang terbaik dan menjadi
warga masyarakat serta warga negara yang produktif.
Seluruh proses perubahan yang ditimbulkan oleh
Pendidikan dan Kepemimpinan yang tepat itu harus dapat menghasilkan
kebiasaan-kebiasaan hidup baru dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan
yang mendorong orang untuk hidup, bersikap dan berpikir menghasilkan
yang terbaik dalam segenap pekerjaan dan kegiatannya. Dengan begitu
lambat tapi pasti bangsa Indonesia akan menjadi bangsa dengan masyarakat
bermutu tinggi. Hasil kegiatan bangsa dan produk bangsa Indonesia
menjadi benar-benar bermutu dan memperoleh pengakuan dan branding internasional sebagai yang terbaik.
Proses perubahan yang makan waktu lama memerlukan kepemimpinan yang konsisten, ulet, sabar dan taat pada tujuan perjuangan.
Semoga bangsa Indonesia sukses dalam mengatasi tantangan berat dan sukar ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar