Pemuda Panca Marga adalah Organisasi kemasyarakatan Pemuda yang bersifat kekeluargaan dan merupakan wadah berhimpun bagi Putera-Puteri Veteran Republik Indonesia beserta keturunannya yang memiliki hubungan kesejarahan, aspirasi, dan koordinasi dengan Legiun Veteran Republik Indonesia dan merupakan bagian dari Keluarga Besar TNI / Polri ( macabppm.ponorogo@gmail.com )
Selasa, 15 Desember 2015
Ketum : Mohon Doa Restu Ingin Merubah Nama PPM
BERITA PPM : Dalam akhir pidato H. Abraham Lunggana ( H.Lulung ) dihadapan hadirin undangan Kastaf AD "Acara Silaturahmi Kepala Staf Angkatan Darat Dengan Keluarga Besar TNI" (Senin, 7/12/2015)
bahwa pada bulan Januari 2016 akan menyelenggarakan Munas IX PPM di Jakarta, salah satu agendanya adalah ingin merubah nama Pemuda Panca Marga (PPM) dengan tidak merubah garis historisnya.
Dalam sambutannya H Lulung menyampaikan tentang dampak reformasikarena reformasi memiliki agenda : 1. Melemahkan kekuatan ABRI dari kancah politik diantaranya mengeluarkan Fraksi ABRI dari parlemen dan sebagai pintu masuknya adalah mengusulkan berhentinya Suharto sebagai Presiden, ke 2 adalah menghancurkan cita-cita proklamasi, sebagaimana telah disampaikan Bapak mantan Wapres Tri Sutrisno yang telah menyampaikan pandangannya bahwa kita harus kembali ke Undang-Undang Dasar 45.
Jago Kalah, Pendukung Calon Bupati Ponorogo Geruduk KPUD
TEMPO.CO, Ponorogo – Sekitar 200
orang yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Demokrasi mendatangi
Kantor Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ponorogo, Selasa, 15 Desember
2015. Forum yang terdiri atas gabungan lembaga swadaya masyarakat
pendukung calon bupati-wakil bupati nomor urut 1, Sugiri
Sancoko–Sukirno, itu mendesak agar rekapitulasi penghitungan suara
tingkat kabupaten pada Rabu besok, 16 Desember 2015, ditunda dengan
alasan belum ada pengusutan terhadap dugaan politik uang.
Koordinator pengunjuk rasa Nanang Wibowo mengatakan dugaan politik uang tersebut terjadi di Desa Tanjungsari dan Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan. Pada Selasa petang, 8 Desember 2015, atau sehari sebelum pencoblosan, kata dia, Panitia Pengawas Pemilihan Umum menangkap dua orang yang diduga sebagai anggota tim pemenangan pasangan calon bupati–wakil bupati bernomor urut 4, Ipong Muchlisoni–Sujarno.
Mereka ditangkap karena disinyalir membagi-bagikan uang pecahan Rp 20 ribu agar warga mencoblos pasangan yang diusung Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Nasional Demokrat itu. Adapun barang bukti yang disita berupa uang tunai Rp 2.370.000 dengan rincian Rp 1.860.000 dari Tanjungsari dan Rp 510.000 dari Ngrupit.
"Pilkada di Ponorogo ternoda karena ada praktek politik uang yang tertangkap tangan dan sekarang sedang diusut panwas. Maka rekapitulasi penghitungan suara harus ditunda,’’ katanya.
Selain soal politik uang, para pendemo menuding data rekapitulasi suara pilkada yang dimuat di website resmi KPU tidak akurat. Hasil scan formulir penghitungan suara atau C1 di sejumlah tempat pemungutan suara, menurut dia, lebih banyak dibanding jumlah pemilih. "Ketidakakuratan ini membuat warga bingung. KPU seperti sudah menetapkan pemenang pilkada,’’ ujarnya.
Sesuai dengan hasil penghitungan sementara di website resmi KPU, pasangan Ipong Muchlisoni–Sujarno meraup suara terbanyak atau 219.958 (39,37 persen). Posisi kedua ditempati pasangan Sugiri Sancoko–Sukirno dengan perolehan suara 205.587 (36,80 persen).
Peringkat ketiga ditempati pasangan bupati inkumben yang bernomor urut 2, Amin-Agus Widodo, dengan perolehan suara 123.761 (22,15 persen). Pada posisi buncit atau keempat ditempati pasangan bernomor urut 3, Misranto–Isnen Supriyono dengan perolehan suara 9.422 (1,69 persen).
Komisioner KPU Ponorogo Divisi Keuangan dan Logistik, Ahmad Fauzi Huda, mengatakan hasil scan formulir C1 masih bersifat sementara. Apabila ada kesalahan, akan diperbaiki dalam rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten yang direncanakan pada Rabu besok.
"Untuk membenarkannya, harus direkap berjenjang dan disaksikan panwas dan saksi masing-masing pasangan calon,’’ tuturnya saat melakukan dialog dengan perwakilan pendemo di kantor KPU.
Terkait dengan tuntutan pendemo untuk menunda rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten, Ahmad menolak memenuhinya. Masalah politik uang, kata dia, telah diserahkan kepada panwas. "Jangan sampai tahapan pilkada ini terganggu," ucapnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Koordinator pengunjuk rasa Nanang Wibowo mengatakan dugaan politik uang tersebut terjadi di Desa Tanjungsari dan Desa Ngrupit, Kecamatan Jenangan. Pada Selasa petang, 8 Desember 2015, atau sehari sebelum pencoblosan, kata dia, Panitia Pengawas Pemilihan Umum menangkap dua orang yang diduga sebagai anggota tim pemenangan pasangan calon bupati–wakil bupati bernomor urut 4, Ipong Muchlisoni–Sujarno.
Mereka ditangkap karena disinyalir membagi-bagikan uang pecahan Rp 20 ribu agar warga mencoblos pasangan yang diusung Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Nasional Demokrat itu. Adapun barang bukti yang disita berupa uang tunai Rp 2.370.000 dengan rincian Rp 1.860.000 dari Tanjungsari dan Rp 510.000 dari Ngrupit.
"Pilkada di Ponorogo ternoda karena ada praktek politik uang yang tertangkap tangan dan sekarang sedang diusut panwas. Maka rekapitulasi penghitungan suara harus ditunda,’’ katanya.
Selain soal politik uang, para pendemo menuding data rekapitulasi suara pilkada yang dimuat di website resmi KPU tidak akurat. Hasil scan formulir penghitungan suara atau C1 di sejumlah tempat pemungutan suara, menurut dia, lebih banyak dibanding jumlah pemilih. "Ketidakakuratan ini membuat warga bingung. KPU seperti sudah menetapkan pemenang pilkada,’’ ujarnya.
Sesuai dengan hasil penghitungan sementara di website resmi KPU, pasangan Ipong Muchlisoni–Sujarno meraup suara terbanyak atau 219.958 (39,37 persen). Posisi kedua ditempati pasangan Sugiri Sancoko–Sukirno dengan perolehan suara 205.587 (36,80 persen).
Peringkat ketiga ditempati pasangan bupati inkumben yang bernomor urut 2, Amin-Agus Widodo, dengan perolehan suara 123.761 (22,15 persen). Pada posisi buncit atau keempat ditempati pasangan bernomor urut 3, Misranto–Isnen Supriyono dengan perolehan suara 9.422 (1,69 persen).
Komisioner KPU Ponorogo Divisi Keuangan dan Logistik, Ahmad Fauzi Huda, mengatakan hasil scan formulir C1 masih bersifat sementara. Apabila ada kesalahan, akan diperbaiki dalam rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten yang direncanakan pada Rabu besok.
"Untuk membenarkannya, harus direkap berjenjang dan disaksikan panwas dan saksi masing-masing pasangan calon,’’ tuturnya saat melakukan dialog dengan perwakilan pendemo di kantor KPU.
Terkait dengan tuntutan pendemo untuk menunda rekapitulasi penghitungan suara tingkat kabupaten, Ahmad menolak memenuhinya. Masalah politik uang, kata dia, telah diserahkan kepada panwas. "Jangan sampai tahapan pilkada ini terganggu," ucapnya.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Senin, 14 Desember 2015
Kisah sedih anak cari ayah yang tewas di barisan prajurit Kopassus
Reporter : Ramadhian Fadillah
Merdeka.com - Operasi militer perebutan Kota Dili berhasil
dilakukan oleh 270 Prajurit Para Komando dari Grup I Kopasandha (kini
Kopassus TNI AD) dan 285 prajurit Yonif 501. Namun cukup banyak korban
jiwa yang gugur dalam misi tersebut.
Kopasandha kehilangan 19 prajurit. Sementara dari Yonif 501, gugur 35 orang.
Pasukan Grup I Kopasandha bertugas empat bulan di Timor Timur. Mereka diterjunkan mulai hari H 7 Desember 1975, hingga 31 Maret 1976. Pasukan inilah yang melewati masa-masa terberat di awal Operasi Seroja. Hampir tidak ada hari yang dilewatkan tanpa penyergapan dan tembak menembak.
Demikian ditulis dalam buku Hari H 7 Desember 1975, Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis yang disunting Atmadji Sumarkidjo dan diterbitkan Kata.
Akhirnya mereka pun ditarik pulang ke Home Base mereka di Cijantung dengan menumpang kapal KM Tolanda. Butuh beberapa hari pelayaran dari Dili hingga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Dari Tanjung Priok, puluhan truk sudah menunggu untuk membawa mereka pulang ke Cijantung yang berada di Jakarta Timur. Kapten Bambang Mulyanto mengingat perjalanan itu terasa sangat lama. Para prajurit sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan keluarga yang sudah ditinggalkan empat bulan lamanya.
Kapten Bambang menceritakan tiba di asrama Kopasandha, Cijantung, terlihat ibu-ibu, anak-anak, dan masyarakat berdiri berbaris di sepanjang jalan. Mereka melambai-lambaikan tangannya menyambut para pahlawannya masing-masing.
Pada saat truk berhenti, berhamburanlah mereka mencari suami, ayah, keluarga atau teman mereka.
"Ada satu hal yang membuat saya menitikkan air mata ketika menyaksikan putra almarhum Koptu Samaun berlari kian kemari mencari ayahnya yang sudah gugur dan dikebumikan di Timor Timur," kenang Kapten Bambang sedih.
Rupanya sang ibu tak berani menceritakan pada anaknya bahwa sang ayah sudah gugur. Karena itu bocah malang itu masih berlari-lari ingin menyambut ayahnya yang hilang.
Kopral Satu Samaun gugur pada tanggal 7 Desember 1975 di tengah pertempuran merebut Kota Dili. Dia mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi sersan dua.
Kopasandha kehilangan 19 prajurit. Sementara dari Yonif 501, gugur 35 orang.
Pasukan Grup I Kopasandha bertugas empat bulan di Timor Timur. Mereka diterjunkan mulai hari H 7 Desember 1975, hingga 31 Maret 1976. Pasukan inilah yang melewati masa-masa terberat di awal Operasi Seroja. Hampir tidak ada hari yang dilewatkan tanpa penyergapan dan tembak menembak.
Demikian ditulis dalam buku Hari H 7 Desember 1975, Reuni 40 Tahun Operasi Lintas Udara di Dili, Timor Portugis yang disunting Atmadji Sumarkidjo dan diterbitkan Kata.
Akhirnya mereka pun ditarik pulang ke Home Base mereka di Cijantung dengan menumpang kapal KM Tolanda. Butuh beberapa hari pelayaran dari Dili hingga Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Dari Tanjung Priok, puluhan truk sudah menunggu untuk membawa mereka pulang ke Cijantung yang berada di Jakarta Timur. Kapten Bambang Mulyanto mengingat perjalanan itu terasa sangat lama. Para prajurit sudah tak sabar lagi untuk bertemu dengan keluarga yang sudah ditinggalkan empat bulan lamanya.
Kapten Bambang menceritakan tiba di asrama Kopasandha, Cijantung, terlihat ibu-ibu, anak-anak, dan masyarakat berdiri berbaris di sepanjang jalan. Mereka melambai-lambaikan tangannya menyambut para pahlawannya masing-masing.
Pada saat truk berhenti, berhamburanlah mereka mencari suami, ayah, keluarga atau teman mereka.
"Ada satu hal yang membuat saya menitikkan air mata ketika menyaksikan putra almarhum Koptu Samaun berlari kian kemari mencari ayahnya yang sudah gugur dan dikebumikan di Timor Timur," kenang Kapten Bambang sedih.
Rupanya sang ibu tak berani menceritakan pada anaknya bahwa sang ayah sudah gugur. Karena itu bocah malang itu masih berlari-lari ingin menyambut ayahnya yang hilang.
Kopral Satu Samaun gugur pada tanggal 7 Desember 1975 di tengah pertempuran merebut Kota Dili. Dia mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi sersan dua.
Kamis, 23 Juli 2015
Gubernur DKI Ahok Desak Presiden Daftar Reog Ponorogo ke UNESCO
WARTA KOTA, BALAIKOTA -Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mengapresiasi grup Reog Ponorogo di Jakarta, yang kerap meraih juara di tingkat nasional maupun internasional.
Warta Kota/Mohamad Yusuf |
Ahok pun berencana, menggelar Festival Reog Ponorogo, dengan Piala Gubernur.
Bahkan, ia berharap, agar Reog Ponorogo tersebut, bisa didaftarkan
ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) sebagai warisan dunia.
"Selama ini komunitas reog yang ada di Jakarta paguyuban udah
membawa nama harum Pemda DKI. Kalau Juara kan DKI, terus kita juga ingin
kerjasama dengan Taman Mini (TMII) supaya ini dijadikan acara tahunan
yang lebih meriah, ada piala Gubernur gitu kan," kata Ahok,
seusai menerima Pengurus Komunitas Reog Ponorogo Periode 2015-2020, di
Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Balai Kota,
Rabu (22/7/2015).
Bahkan, lanjut Ahok, ia berharap, agar kesenian asal Jawa Timur itu, nantinya bisa didaftarkan ke UNESCO, sebagai warisan dunia.
Pasalnya, kesenian itu, pernah diklaim oleh Malaysia, sebagai kesenian dari negaranya.
"Kita juga berharap bisa mendaftarkan ke UNESCO, ini merupakan
sebuah seni. Jakarta mau daftarkan, bila perlu kita bikin sebuah
festival dunia reog di Jakarta. Dulu kan udah ada silat, kita udah ada
makanan rendang, kita harap reog ini juga mendunia," katanya.
Namun, ia juga berharap, agar nantinya setiap setiap klub, komunitas, atau paguyuban reog ponorogo juga memiliki akte.
Pasalnya, saat ini keberadaan para pecinta kesenian itu di Jakarta sendiri cukup banyak.
"Jadi kan dulu sempet ribut mau diambil Malaysia segala macam pada
demo, bahwa reog ini khas. Reog Ponorogo udah terkena lah, di setiap
festival pasti ada. Dan di Jakarta banyak sekali klubnya. Dulu kan
paguyuban, ini dibuat komunitas ada akte, berbadan hukum, pengurusnya
jelas, kita harap yang lain juga akan ikut atau mau bentuk lagi yang
baru silahkan. Tapi kita berharap semua tentu berakte, jadi jelas
seperti ini," jelasnya.
Dukung
Sementara itu, Anggota Dewan Pembina Komunitas Reog Ponorogo (KRP), Firmansyah, mengatakan, bahwa pihaknya mendukung rencana Ahok untuk mendaftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
"Karena yang perlu diingat adalah, bahwa Reog Ponorogo merupakan
salah satu warisan seni budaya kebanggaan Indonesia yang unik dan
memiliki nilai jual pariwisata tinggi. Jadi perlu dukungan berbagai
pihak," kata pria yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Olahraga dan
Pemuda (Kadisorda) DKI Jakarta, dalam acara tersebut.
Berbadan Hukum
Sedangkan, Ketua Badan Dewan Pembina Reog Ponorogo Singo Suryo
Budoyo, Suryo Mulyono, mengatakan, bahwa pihaknya, melakukan pertemuan
dengan Ahok untuk melaporkan, KRP telah memiliki badan hukum.
"Kami melaporkan kepada Pak Gubernur, bahwa saat ini, kommunitas
kami, KRP telah berbadan hukum. Beliau menyambut baik. Bahkan, beliau
bersedia menjadi penasehat Komunitas Reog Ponorogo ini," katanya.
Menurut Suryo, saat ini di dalam anggota KRP, terdapat 85 grup Reog Ponorogo.
Masing-masing grup, terdapat 60 hingga 70 orang.
"Sejak tahun 1980, Komunitas Reog Ponorogo telah menggelar berbagai
macam pertunjukan ke Filipina, Rusia dan negara lainnya," katanya.
Rabu, 18 Maret 2015
Ini penjelasan Jokowi soal penarikan 1.300 traktor dari Ponorogo
"Siapa yang narik, itu kan dikumpulkan 1.300, enggak mungkin 1.300 untuk satu desa. Itu untuk lima kabupaten ya pasti dinaikin lagi ditaruh kabupaten-kabupaten, disebar," ujar Jokowi di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (18/3).
Jokowi menambahkan, dia tak mau memberikan penyerahan sekadar upacara simbolis saja dengan menyerahkan tiga atau lima unit traktor kepada warga. Ia hanya ingin memastikan seluruh traktor sudah siap untuk dibagikan saat mendatangi Ponorogo.
"Kumpulkan semuanya, oh barangnya ada setelah selesai dibagikan. Lalu dinaikkan, dibagikan, dan dibawa pulang ke masing-masing kabupaten," tandasnya.
Sebelumnya, sejumlah petani di Ponorogo mengeluh karena traktor tak jadi dibagikan. Padahal, traktor-traktor tersebut dijanjikan akan dibagi secara cuma-cuma kepada seluruh petani.
Janji itu disampaikan Jokowi berkunjung ke Ponorogo Jumat (6/3) dua pekan lalu waktu acara panen raya. Padahal dalam sambutannya saat panen raya tersebut Jokowi menyebutkan akan membagikan 41 ribu traktor yang sebagian akan dibagikan kepada petani di Ponorogo.
Namun usai kunjungan Jokowi, sebagian besar traktor yang dipajang di pinggir Jalan Raya Kecamatan Jetis menuju Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo diangkut kembali truk tronton.
"Katanya akan dibagikan kepada desa-desa di Ponorogo, namun kenyataannya ditarik kembali. Padahal di Ponorogo ini ada 21 kecamatan di 279 desa dan 26 kelurahan. Kami juga tidak tahu alasan penarikan tersebut. Padahal kalau mendapatkan kami akan senang," kata Bairun Kepada Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo pada merdeka.com, Selasa (17/3).
Kamis, 26 Februari 2015
Kisah panglima legendaris Brimob terharu diberi hormat Prabowo
Reporter : Yulistyo Pratomo |
Merdeka.com - Komisaris Jenderal Moehammad Jasin juga menjadi
sosok yang sangat berpengaruh di lingkungan Kepolisian Republik
Indonesia (Polri). Dulu Jasin dan Pasukan Polisi Istimewa berperan
sangat besar dalam pertempuran Surabaya November 1945. Salah satunya keberaniannya menerobos desingan peluru musuh guna menghentikan tembak menembak.
Jasin juga yang membentuk Brigade Mobil (Brimob) atas penugasan dari Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Dia kelak diangkat menjadi bapak Brimob.
Ketika itu, tugas utamanya adalah mengatasi ancaman keamanan dan ketertiban, salah satunya menghadapi Agresi Militer Belanda yang berlangsung hingga dua kali, serta teror pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung, dan terakhir melakukan pengamanan jalan di wilayah Jawa Barat dari ancaman gerombolan DI/TII. Jasin terus berkiprah di polisi hingga menjabat pangkat Komisaris Jenderal.
Ada kisah menarik bagaimana Jasin merasa sangat terharu. Panglima Legendaris Brimob itu tak bisa melupakan penghormatan yang diberikan Prabowo Subianto padanya.
Ketika itu, Prabowo yang masih menjabat sebagai Komandan Kopassus dan berpangkat Mayor Jenderal menghadiri HUT Polri ke-50 pada 1 Juli 1995 lalu. Kegiatan ini digelar besar-besaran oleh Kapolri Jenderal Dibyo Widodo di Senayan, Jakarta Pusat dan dihadiri Presiden Soeharto sekaligus inspektur upacara. Sejumlah pejabat negara, veteran, tokoh masyarakat hingga perwira ABRI ikut hadir.
Oleh panitia, Jasin ditempatkan di Tribun C bersama perwira tinggi ABRI dari ketiga angkatan serta Polri. Di tengah-tengah mereka juga terdapat Prabowo dengan lokasi duduknya hanya berjarak enam deret dari kursi Jasin.
Peringatan HUT Polri pun berlangsung hingga akhirnya menampilkan pembangunan Polri. Di saat bersamaan, melalui pengeras suara terdengar kalimat, "Pada 21 Agustus 1945 di Surabaya, inspektur Polisi Moehammad Jasin turun ke jalan bersama pasukan-pasukan Polisi Istimewa yang berbobot tempur berlaku patriotik bagi Republik Indonesia,"
Tanpa disangka-sangka, Prabowo mendekat ke kursi Jasin. Secara spontan dan tidak masuk dalam rangkaian acara, Prabowo berdiri tegap dan mengambil sikap hormat sempurna. Tindakan Prabowo itu kemudian diikuti oleh hampir seluruh jenderal, Laksamana dan Marsekal yang hadir.
Melihat itu, Jasin mengaku sangat terharu. Dia mengaku tidak pernah mengharapkan perlakuan tersebut.
Kisah tersebut ditulis dalam buku 'Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia' yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.
"Itu adalah bukti bahwa generasi muda masih menghargai generasi pejuang kemerdekaan," kata Jasin memuji sikap Prabowo.
Jasin juga yang membentuk Brigade Mobil (Brimob) atas penugasan dari Kapolri Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Dia kelak diangkat menjadi bapak Brimob.
Ketika itu, tugas utamanya adalah mengatasi ancaman keamanan dan ketertiban, salah satunya menghadapi Agresi Militer Belanda yang berlangsung hingga dua kali, serta teror pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung, dan terakhir melakukan pengamanan jalan di wilayah Jawa Barat dari ancaman gerombolan DI/TII. Jasin terus berkiprah di polisi hingga menjabat pangkat Komisaris Jenderal.
Ada kisah menarik bagaimana Jasin merasa sangat terharu. Panglima Legendaris Brimob itu tak bisa melupakan penghormatan yang diberikan Prabowo Subianto padanya.
Ketika itu, Prabowo yang masih menjabat sebagai Komandan Kopassus dan berpangkat Mayor Jenderal menghadiri HUT Polri ke-50 pada 1 Juli 1995 lalu. Kegiatan ini digelar besar-besaran oleh Kapolri Jenderal Dibyo Widodo di Senayan, Jakarta Pusat dan dihadiri Presiden Soeharto sekaligus inspektur upacara. Sejumlah pejabat negara, veteran, tokoh masyarakat hingga perwira ABRI ikut hadir.
Oleh panitia, Jasin ditempatkan di Tribun C bersama perwira tinggi ABRI dari ketiga angkatan serta Polri. Di tengah-tengah mereka juga terdapat Prabowo dengan lokasi duduknya hanya berjarak enam deret dari kursi Jasin.
Peringatan HUT Polri pun berlangsung hingga akhirnya menampilkan pembangunan Polri. Di saat bersamaan, melalui pengeras suara terdengar kalimat, "Pada 21 Agustus 1945 di Surabaya, inspektur Polisi Moehammad Jasin turun ke jalan bersama pasukan-pasukan Polisi Istimewa yang berbobot tempur berlaku patriotik bagi Republik Indonesia,"
Tanpa disangka-sangka, Prabowo mendekat ke kursi Jasin. Secara spontan dan tidak masuk dalam rangkaian acara, Prabowo berdiri tegap dan mengambil sikap hormat sempurna. Tindakan Prabowo itu kemudian diikuti oleh hampir seluruh jenderal, Laksamana dan Marsekal yang hadir.
Melihat itu, Jasin mengaku sangat terharu. Dia mengaku tidak pernah mengharapkan perlakuan tersebut.
Kisah tersebut ditulis dalam buku 'Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia' yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tahun 2010.
"Itu adalah bukti bahwa generasi muda masih menghargai generasi pejuang kemerdekaan," kata Jasin memuji sikap Prabowo.
Langganan:
Postingan (Atom)